Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan badan?

 

 

//

Andri

 

Pajak Penghasilan Badan

Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan badan? – Pajak Penghasilan (PPh) Badan merupakan pajak yang dikenakan kepada badan usaha atas penghasilan yang diperolehnya. Secara sederhana, ini adalah kewajiban finansial bagi perusahaan untuk berkontribusi pada pendapatan negara berdasarkan keuntungan yang mereka raih. Memahami cara menghitung PPh Badan sangat penting bagi kelancaran operasional dan kepatuhan hukum perusahaan.

Table of Contents

Subjek Pajak PPh Badan

Subjek pajak PPh Badan adalah badan usaha, baik berbentuk perseroan terbatas (PT), firma, koperasi, persekutuan komanditer (CV), dan bentuk badan usaha lainnya yang diakui oleh hukum Indonesia. Yang terpenting adalah badan usaha tersebut memiliki penghasilan kena pajak.

Contoh Perusahaan Subjek Pajak PPh Badan

Berbagai jenis perusahaan termasuk subjek pajak PPh Badan. Sebagai contoh, PT Telkom Indonesia, sebuah perusahaan telekomunikasi besar, merupakan subjek pajak PPh Badan. Begitu pula dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang berbentuk PT atau CV juga termasuk subjek pajak ini. Bahkan, yayasan atau lembaga non-profit yang memiliki kegiatan usaha dan menghasilkan keuntungan juga dikenakan PPh Badan.

Menghitung pajak penghasilan badan memang perlu ketelitian, terutama dalam menentukan penghasilan kena pajak. Besarnya modal dasar perusahaan juga berpengaruh, karena perubahan modal, baik penambahan maupun pengurangan, akan berdampak pada perhitungan pajak. Untuk memahami lebih lanjut mengenai proses bagaimana cara menambah atau mengurangi modal dasar? , sangat penting karena hal ini terkait langsung dengan laporan keuangan yang digunakan untuk menghitung pajak.

Dengan demikian, pemahaman yang komprehensif mengenai perubahan modal dasar akan membantu akurasi perhitungan pajak penghasilan badan Anda.

Perbandingan PPh Badan dengan Jenis Pajak Lainnya

Penting untuk membedakan PPh Badan dengan jenis pajak lainnya, seperti PPh Orang Pribadi dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Tabel berikut memberikan gambaran perbandingan singkat:

Jenis Pajak Subjek Pajak Dasar Pengenaan Pajak Sifat Pajak
PPh Badan Badan Usaha Keuntungan/Penghasilan Neto Pajak langsung, berdasarkan penghasilan
PPh Orang Pribadi Wajib Pajak Orang Pribadi Penghasilan Bruto Pajak langsung, berdasarkan penghasilan
PPN Pengusaha Kena Pajak (PKP) Nilai Tambah Barang/Jasa Pajak tidak langsung, ditambahkan pada harga jual

Dasar Hukum PPh Badan di Indonesia

Dasar hukum utama PPh Badan di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah, khususnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Aturan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan.

Objek Pajak PPh Badan

Memahami objek pajak Penghasilan PPh Badan sangat krusial dalam menghitung kewajiban pajak perusahaan. Objek pajak ini merujuk pada penghasilan yang dikenakan pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Penghasilan yang termasuk dalam objek pajak akan dihitung dan dikenakan tarif pajak yang berlaku, sedangkan penghasilan yang dikecualikan akan bebas dari pajak. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai objek pajak PPh Badan.

Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak PPh Badan

Berbagai jenis penghasilan perusahaan termasuk dalam objek pajak PPh Badan. Secara umum, penghasilan tersebut berasal dari kegiatan usaha atau kegiatan operasional perusahaan. Kejelasan jenis penghasilan yang termasuk ini penting agar perusahaan dapat menghitung kewajiban pajaknya secara akurat.

  • Penghasilan dari penjualan barang atau jasa.
  • Keuntungan dari penjualan aset tetap.
  • Pendapatan sewa.
  • Royalti.
  • Dividen yang diterima (tergantung peraturan yang berlaku).
  • Bunga.
  • Keuntungan dari transaksi valuta asing.

Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak PPh Badan

Tidak semua penghasilan perusahaan dikenakan pajak. Beberapa jenis penghasilan dikecualikan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Mengetahui pengecualian ini penting untuk menghindari kesalahan perhitungan pajak.

Menghitung pajak penghasilan badan memang agak rumit, memerlukan pemahaman mendalam akan peraturan perpajakan. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah alamat operasional perusahaan, karena berpengaruh pada berbagai aspek administrasi, termasuk perpajakan. Misalnya, jika Anda berencana menggunakan virtual office, ada baiknya Anda cari tahu lebih lanjut mengenai kelayakannya, seperti yang dibahas di artikel ini: Apakah virtual office bisa digunakan untuk bisnis pendidikan?

. Setelah memastikan aspek operasional, baru kita bisa fokus menghitung pajak penghasilan badan secara akurat dengan memperhitungkan seluruh pendapatan dan pengeluaran perusahaan.

  • Hibah atau sumbangan yang memenuhi persyaratan tertentu.
  • Penerimaan yang bersifat hibah atau bantuan yang tidak terkait dengan kegiatan usaha.
  • Penghasilan yang sudah dikenakan pajak secara final (misalnya, bunga deposito tertentu).

Contoh Kasus Penghitungan PPh Badan dengan Objek Pajak Beragam

Berikut contoh kasus sederhana untuk mengilustrasikan perhitungan PPh Badan dengan objek pajak yang beragam. Perlu diingat bahwa ini adalah contoh sederhana dan perhitungan sebenarnya dapat lebih kompleks tergantung pada berbagai faktor dan peraturan perpajakan yang berlaku. Konsultasi dengan konsultan pajak disarankan untuk perhitungan yang akurat.

Menghitung pajak penghasilan badan memang agak rumit, terutama dengan berbagai pengurangan dan perhitungan yang perlu diperhatikan. Namun, sebelum membahas lebih detail, ada hal penting yang perlu dipertimbangkan, terutama bagi bisnis pariwisata yang mungkin baru memulai: lokasi operasional. Pertanyaan mengenai efisiensi operasional sering muncul, misalnya, apakah dengan menggunakan virtual office, seperti yang dibahas di Apakah virtual office bisa digunakan untuk bisnis pariwisata?

, akan berpengaruh pada perhitungan pajak badan kita? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat mempengaruhi strategi pengurangan pajak yang diterapkan. Jadi, setelah memahami efisiensi operasional, baru kita bisa fokus menghitung pajak penghasilan badan secara akurat.

Jenis Penghasilan Jumlah (Rp)
Penjualan Barang 1.000.000.000
Pendapatan Sewa 100.000.000
Keuntungan Penjualan Aset 50.000.000
Total Penghasilan Bruto 1.150.000.000

Dalam contoh ini, total penghasilan bruto adalah Rp 1.150.000.000. Untuk menghitung PPh Badan, perlu dikurangi biaya-biaya yang diperbolehkan dan dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Tarif pajak dan biaya yang diperbolehkan akan berbeda-beda tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku dan jenis usaha perusahaan.

Jenis-Jenis Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak PPh Badan

Berikut ringkasan jenis-jenis penghasilan yang termasuk objek pajak PPh Badan. Daftar ini bukan daftar yang lengkap dan dapat berubah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Selalu rujuk pada peraturan perpajakan terbaru untuk informasi yang akurat.

  • Penghasilan dari kegiatan usaha atau jasa.
  • Keuntungan dari penjualan aset.
  • Pendapatan investasi (tergantung jenis investasi).
  • Royalti dan lisensi.
  • Pendapatan sewa.
  • Bunga dan dividen (tergantung peraturan yang berlaku).
  • Keuntungan dari transaksi valuta asing.

Tarif dan Perhitungan PPh Badan: Bagaimana Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan?

Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan badan?

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan merupakan kewajiban setiap badan usaha di Indonesia. Memahami cara menghitungnya dengan tepat sangat penting untuk memastikan kepatuhan pajak dan menghindari sanksi. Berikut penjelasan mengenai tarif dan perhitungan PPh Badan yang berlaku.

Tarif PPh Badan di Indonesia, Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan badan?

Tarif PPh Badan di Indonesia bersifat flat, artinya persentase pajak yang dikenakan sama untuk semua badan usaha, tanpa mempertimbangkan besar kecilnya laba. Saat ini, tarif PPh Badan adalah sebesar 22% dari laba kena pajak. Laba kena pajak sendiri merupakan laba bersih setelah dikurangi berbagai pengurangan dan potongan yang diizinkan oleh peraturan perpajakan.

Contoh Perhitungan PPh Badan dengan Laba Bersih Rp 100.000.000

Misalkan sebuah perusahaan memiliki laba bersih sebesar Rp 100.000.000. Dengan tarif PPh Badan 22%, maka perhitungan PPh Badan adalah:

PPh Badan = Laba Bersih x Tarif PPh Badan = Rp 100.000.000 x 22% = Rp 22.000.000

Jadi, PPh Badan yang harus dibayar perusahaan tersebut adalah Rp 22.000.000.

Contoh Perhitungan PPh Badan dengan Laba Bersih Rp 500.000.000

Jika laba bersih perusahaan mencapai Rp 500.000.000, perhitungannya menjadi:

PPh Badan = Laba Bersih x Tarif PPh Badan = Rp 500.000.000 x 22% = Rp 110.000.000

PPh Badan yang harus dibayar adalah Rp 110.000.000.

Contoh Perhitungan PPh Badan dengan Rugi Bersih

Apabila perusahaan mengalami kerugian, maka tidak ada PPh Badan yang perlu dibayar. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan laba pada tahun pajak berikutnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Langkah-langkah Perhitungan PPh Badan

Berikut flowchart sederhana yang menggambarkan langkah-langkah perhitungan PPh Badan:

  1. Hitung laba bersih perusahaan.
  2. Kurangi laba bersih dengan pengurangan dan potongan pajak yang diizinkan.
  3. Hasil pengurangan pada langkah 2 adalah laba kena pajak.
  4. Kalikan laba kena pajak dengan tarif PPh Badan (22%).
  5. Hasil perkalian pada langkah 4 adalah jumlah PPh Badan yang terutang.

Skenario Perhitungan PPh Badan dengan Pengurangan dan Potongan Pajak

Perhitungan PPh Badan dapat menjadi lebih kompleks jika memperhitungkan berbagai pengurangan dan potongan pajak yang diizinkan. Misalnya, perusahaan dapat mengurangi biaya operasional, penyusutan aset, dan beberapa jenis donasi dari penghasilan bruto sebelum menghitung laba bersih. Setiap pengurangan dan potongan ini harus didukung dengan bukti dan dokumen yang sah sesuai peraturan perpajakan yang berlaku. Semakin banyak pengurangan yang sah, maka laba kena pajak akan semakin kecil, sehingga PPh Badan yang terutang juga akan berkurang.

Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan dengan penghasilan bruto Rp 600.000.000, memiliki biaya operasional Rp 200.000.000 dan penyusutan aset Rp 50.000.000. Laba bersih sebelum pengurangan pajak adalah Rp 350.000.000. Setelah dikurangi biaya operasional dan penyusutan, laba kena pajak menjadi Rp 350.000.000 – Rp 200.000.000 – Rp 50.000.000 = Rp 100.000.000. PPh Badan yang terutang adalah Rp 100.000.000 x 22% = Rp 22.000.000.

Menghitung pajak penghasilan badan memang sedikit rumit, terutama terkait penentuan laba kena pajak. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah modal awal perusahaan. Untuk memastikan kepatuhan pajak, Anda perlu memahami bagaimana membuktikan penyetoran modal tersebut, dan informasi lengkapnya bisa Anda temukan di sini: Bagaimana cara membuktikan penyetoran modal?. Bukti penyetoran modal yang valid akan berpengaruh pada perhitungan pajak penghasilan badan Anda, sehingga penting untuk melengkapi semua dokumen yang dibutuhkan agar perhitungan pajak berjalan lancar dan akurat.

Dengan demikian, Anda dapat menghindari potensi masalah di kemudian hari.

Pengisian SPT PPh Badan

Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan badan?

Setelah menghitung pajak penghasilan badan, langkah selanjutnya adalah mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Badan. Proses ini memerlukan ketelitian dan pemahaman yang baik terhadap aturan perpajakan. Ketepatan dalam pengisian SPT akan menghindari potensi masalah di kemudian hari dan memastikan kewajiban perpajakan perusahaan terpenuhi dengan benar.

Menghitung pajak penghasilan badan memang rumit, terutama jika melibatkan banyak variabel. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah struktur kepemilikan perusahaan. Perubahan dalam komposisi pemegang saham, misalnya, bisa berdampak signifikan pada perhitungan pajak. Untuk memahami lebih lanjut tentang proses perubahan ini, Anda bisa membaca artikel di Bagaimana cara mengubah struktur pemegang saham?.

Setelah memahami perubahan struktur kepemilikan, Anda bisa melanjutkan penghitungan pajak penghasilan badan dengan data yang lebih akurat dan sesuai dengan kondisi terkini perusahaan Anda.

Prosedur Pengisian SPT PPh Badan

Pengisian SPT PPh Badan umumnya dilakukan secara online melalui website Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Prosedur umumnya meliputi login ke sistem e-SPT, memilih jenis SPT PPh Badan yang sesuai, mengisi data perusahaan dan laporan keuangan, melakukan verifikasi data, dan terakhir, mengirimkan SPT secara elektronik. Petunjuk lebih detail tersedia di website DJP dan dapat dibaca sebelum memulai pengisian. Perusahaan juga dapat berkonsultasi dengan konsultan pajak jika mengalami kesulitan.

Contoh Pengisian Formulir SPT PPh Badan

Berikut contoh pengisian formulir SPT PPh Badan dengan data fiktif. Perlu diingat, data ini hanya untuk ilustrasi dan tidak dapat digunakan sebagai acuan pengisian SPT sebenarnya. Setiap perusahaan memiliki data keuangan yang berbeda dan harus mengisi formulir sesuai dengan kondisi riilnya.

Kolom Data Fiktif
Nama Wajib Pajak PT. Maju Jaya Sejahtera
NPWP 01.234.567.8-900.000
Periode Pajak Tahun Pajak 2023
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.000.000.000
Pajak Penghasilan yang Terutang Rp 250.000.000
Pajak yang Sudah Dibayar Rp 250.000.000
Lebih Bayar/Kurang Bayar Rp 0

Dokumen Pendukung Pengisian SPT PPh Badan

Dokumen pendukung yang diperlukan dalam pengisian SPT PPh Badan sangat penting untuk memastikan akurasi data yang dilaporkan. Ketidaklengkapan dokumen dapat mengakibatkan proses pengisian SPT terhambat atau bahkan ditolak.

  • Laporan Keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Catatan atas Laporan Keuangan)
  • Bukti Pembayaran Pajak
  • Bukti Pemotongan Pajak
  • Surat Keterangan Domisili Perusahaan
  • Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya (jika ada)

Pertanyaan Umum Seputar Pengisian SPT PPh Badan

Beberapa pertanyaan umum sering muncul seputar pengisian SPT PPh Badan. Memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu proses pengisian menjadi lebih lancar.

  • Kapan batas waktu pelaporan SPT PPh Badan?
  • Bagaimana cara melaporkan SPT PPh Badan jika terdapat kesalahan?
  • Apa yang harus dilakukan jika mengalami kendala teknis dalam pengisian SPT online?
  • Bagaimana cara mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai pengisian SPT PPh Badan?

Tips dan Trik Mengisi SPT PPh Badan dengan Benar dan Akurat

Mengisi SPT PPh Badan dengan benar dan akurat membutuhkan ketelitian dan pemahaman yang baik. Berikut beberapa tips dan trik yang dapat membantu.

  • Persiapkan semua dokumen pendukung sebelum memulai pengisian SPT.
  • Pahami dengan baik aturan perpajakan yang berlaku.
  • Lakukan pengecekan berkala untuk memastikan data yang diinput sudah benar.
  • Manfaatkan fitur bantuan dan panduan yang tersedia di website DJP.
  • Konsultasikan dengan konsultan pajak jika mengalami kesulitan.

Kewajiban dan Sanksi

Setelah memahami cara menghitung pajak penghasilan badan, penting untuk memahami kewajiban pelaporan dan sanksi yang berlaku jika terjadi pelanggaran. Ketaatan terhadap peraturan perpajakan sangat krusial untuk menghindari konsekuensi hukum dan finansial yang merugikan.

Kewajiban Pelaporan Pajak PPh Badan

Wajib pajak badan memiliki kewajiban untuk melaporkan pajak penghasilan badan secara tepat waktu dan akurat. Hal ini dilakukan melalui Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Badan yang harus disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Keterlambatan pelaporan dapat mengakibatkan sanksi administrasi. Selain pelaporan SPT, wajib pajak juga berkewajiban untuk menyimpan dan menyediakan bukti-bukti pendukung perhitungan pajak yang telah dilakukan, seperti bukti transaksi, faktur pajak, dan dokumen keuangan lainnya.

Sanksi Keterlambatan Pelaporan dan Pelanggaran Perpajakan

Keterlambatan dalam pelaporan SPT Pajak Penghasilan Badan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda. Besarnya denda bervariasi tergantung pada lamanya keterlambatan. Selain keterlambatan, pelanggaran lain seperti kesalahan pelaporan atau penggelapan pajak juga akan dikenakan sanksi. Sanksi ini dapat berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana, tergantung pada tingkat kesengajaan dan besarnya kerugian negara.

Ringkasan Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana

Sanksi administrasi umumnya berupa denda, bunga, dan penagihan paksa. Besaran denda dan bunga ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penagihan paksa dapat berupa penyitaan aset atau penahanan rekening bank. Sementara itu, sanksi pidana dapat berupa hukuman penjara dan denda yang lebih besar, dikenakan jika pelanggaran pajak dilakukan secara sengaja dan merugikan negara secara signifikan.

Jenis Sanksi Penjelasan Contoh
Sanksi Administrasi Denda, bunga, penagihan paksa. Denda keterlambatan SPT, bunga keterlambatan pembayaran pajak.
Sanksi Pidana Hukuman penjara dan denda yang lebih besar. Hukuman penjara dan denda bagi wajib pajak yang sengaja melakukan penggelapan pajak.

Konsekuensi Pelanggaran Perpajakan PPh Badan

Pelanggaran perpajakan PPh Badan dapat berdampak sangat serius, mulai dari sanksi administrasi berupa denda dan bunga hingga sanksi pidana berupa hukuman penjara dan denda yang jauh lebih besar. Selain itu, reputasi perusahaan juga akan tercoreng dan dapat berdampak pada kesulitan dalam mendapatkan pinjaman atau kerjasama bisnis di masa mendatang. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap peraturan perpajakan sangat penting untuk keberlangsungan bisnis.

Pentingnya Kepatuhan dalam Membayar Pajak PPh Badan

Kepatuhan dalam membayar pajak PPh Badan merupakan tanggung jawab moral dan hukum setiap wajib pajak badan. Dengan membayar pajak tepat waktu dan sesuai peraturan, perusahaan berkontribusi pada pembangunan nasional dan memperoleh kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat. Selain itu, kepatuhan juga akan menghindari kerugian finansial dan hukum yang dapat mengganggu kelangsungan bisnis. Menjaga kepatuhan perpajakan juga akan meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata stakeholder.

Pertanyaan Tambahan (FAQ)

Berikut ini beberapa pertanyaan umum seputar Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) beserta jawabannya. Informasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perhitungan dan kewajiban pajak bagi perusahaan.

Proses Audit Pajak PPh Badan

Proses audit pajak PPh Badan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk memastikan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Prosesnya dimulai dengan pemeriksaan dokumen dan laporan keuangan perusahaan. DJP akan mencocokkan data yang dilaporkan dengan data yang mereka miliki dari berbagai sumber, termasuk informasi dari pihak ketiga. Jika ditemukan ketidaksesuaian atau indikasi pelanggaran, DJP akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk wawancara dengan pihak manajemen perusahaan dan pemeriksaan fisik atas aset perusahaan. Hasil pemeriksaan akan dirangkum dalam laporan audit yang berisi temuan dan rekomendasi. Jika ditemukan kekurangan pembayaran pajak, wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan denda, bahkan bisa sampai pada tuntutan pidana jika terbukti adanya unsur kesengajaan dalam pelanggaran perpajakan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur yang melaporkan laba lebih rendah dari yang seharusnya, karena melakukan manipulasi data penjualan, akan berisiko menghadapi audit mendalam. Proses audit akan melibatkan pemeriksaan detail laporan keuangan, verifikasi data penjualan dengan pelanggan, dan pemeriksaan inventaris barang. Ketidaksesuaian antara data yang dilaporkan dengan data yang ditemukan akan menjadi dasar perhitungan pajak yang terutang dan sanksi yang akan dikenakan.

Perhitungan PPh Badan untuk Perusahaan Baru

Perhitungan PPh Badan untuk perusahaan baru pada dasarnya sama dengan perusahaan yang sudah berjalan, namun mungkin sedikit lebih kompleks karena belum memiliki riwayat transaksi yang lengkap. Perusahaan baru perlu memastikan bahwa semua pengeluaran operasional yang dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Mereka juga perlu memahami dan menerapkan berbagai peraturan perpajakan terkait, seperti pembebasan pajak, insentif pajak, dan pengkreditan pajak masukan. Sebagai contoh, sebuah startup yang baru beroperasi dan masih dalam tahap pengembangan produk, mungkin berhak atas insentif pajak tertentu yang dapat mengurangi beban pajak mereka. Namun, mereka perlu memahami persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan insentif tersebut.

Penggunaan Fasilitas Pajak

Pemerintah menyediakan berbagai fasilitas perpajakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi. Fasilitas ini dapat berupa pembebasan pajak, pengurangan pajak, atau penangguhan pajak. Untuk memanfaatkan fasilitas pajak ini, perusahaan perlu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, seperti memenuhi kriteria tertentu, mengajukan permohonan, dan mematuhi ketentuan yang berlaku. Contohnya, perusahaan yang berinvestasi di sektor tertentu yang dianggap strategis oleh pemerintah, mungkin berhak atas pengurangan pajak penghasilan. Namun, mereka harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti jumlah investasi minimal dan jenis investasi yang diizinkan.

Kewajiban Pelaporan PPh Badan

Wajib pajak badan diwajibkan untuk melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Badan secara berkala. SPT ini harus dilaporkan secara akurat dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keterlambatan pelaporan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda. Informasi yang dilaporkan dalam SPT meliputi penghasilan bruto, biaya, pengurangan, dan pajak terutang. Pelaporan SPT Pajak Penghasilan Badan dilakukan secara online melalui website Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Perbedaan PPh Badan dan PPh Orang Pribadi

PPh Badan dan PPh Orang Pribadi memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan prosedur pelaporan. PPh Badan dikenakan pada badan usaha, sementara PPh Orang Pribadi dikenakan pada individu. Objek pajak PPh Badan adalah penghasilan neto badan usaha, sedangkan objek pajak PPh Orang Pribadi adalah penghasilan neto individu. Tarif pajak PPh Badan dan PPh Orang Pribadi juga berbeda, dan prosedur pelaporan pajak keduanya juga berbeda. Secara umum, PPh Badan memiliki tarif pajak yang lebih tinggi daripada PPh Orang Pribadi, tetapi ini juga tergantung pada besaran penghasilan dan jenis badan usaha.

Ringkasan Informasi Penting Mengenai PPh Badan

  • Subjek pajak: Badan usaha, baik berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Firma (Fa), CV, dan lain-lain.
  • Objek pajak: Penghasilan neto setelah dikurangi biaya yang diizinkan.
  • Tarif pajak: Bergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku, umumnya bersifat progresif.
  • Masa pelaporan: Umumnya tahunan, namun bisa juga dilakukan lebih sering tergantung jenis usaha dan ketentuan.
  • Sanksi: Denda dan bunga atas keterlambatan pelaporan dan pembayaran pajak.
  • Sumber informasi: Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Republik Indonesia.

Contact

Sumatera 69
Bandung, 40115

+6287735387748
Contact Us

Connect

 

 

 

 

 

Layanan

Pendirian PT

Legalitas Perusahaan

Virtual Office