Berapa Persentase Modal Dasar yang Harus Disetor?

 

 

//

Shinta, S.H.

 

Persentase Modal Dasar yang Harus Disetor

Berapa persentase modal dasar yang harus disetor? – Memulai bisnis membutuhkan perencanaan yang matang, termasuk menentukan modal dasar perusahaan. Memahami persentase modal dasar yang harus disetor bukan sekadar formalitas, melainkan kunci keberhasilan dan kepatuhan hukum. Kesalahan dalam hal ini dapat berdampak serius pada operasional dan legalitas perusahaan. Artikel ini akan memberikan panduan komprehensif mengenai persentase modal dasar yang wajib disetor, sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia.

Pertanyaan mengenai berapa persentase modal dasar yang harus disetor memang sering muncul, terutama saat mendirikan perusahaan. Besarannya sendiri bergantung pada jenis badan usaha dan peraturan yang berlaku. Namun, selain modal, aspek keamanan data juga krusial, apalagi jika Anda menggunakan virtual office. Untuk memastikan keamanan data tersebut, baca panduan lengkapnya di sini: Bagaimana cara memastikan keamanan data di virtual office?

. Dengan pengelolaan data yang baik, Anda dapat fokus pada hal lain, termasuk menentukan besaran modal dasar yang tepat sesuai kebutuhan bisnis Anda.

Modal dasar merupakan jumlah modal yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Keberadaannya krusial untuk menunjukkan keseriusan dan kemampuan finansial perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Besarnya modal dasar ini juga berkaitan erat dengan jenis usaha, skala operasional, dan persyaratan hukum yang berlaku. Regulasi pemerintah terkait pendirian dan operasional perusahaan menetapkan ketentuan mengenai minimal modal dasar yang harus disetor, serta sanksi bagi perusahaan yang tidak mematuhinya.

Besaran persentase modal dasar yang harus disetor sebenarnya bergantung pada jenis badan usaha yang dipilih. Namun, sebelum memikirkan hal itu, ada hal penting lain yang perlu dipertimbangkan, terutama jika Anda berencana memulai bisnis akuntansi: apakah lokasi usaha Anda berpengaruh pada operasional? Pertanyaan ini penting karena berkaitan dengan efisiensi biaya. Untuk menjawabnya, Anda bisa cek informasi di sini: Apakah virtual office bisa digunakan untuk bisnis akuntansi?

. Setelah menentukan strategi lokasi usaha, baru Anda bisa fokus kembali pada perhitungan persentase modal dasar yang paling efisien untuk bisnis akuntansi Anda.

Ketentuan Persentase Modal Dasar yang Harus Disetor

Persentase modal dasar yang harus disetor bervariasi tergantung jenis badan usaha dan regulasi yang berlaku. Tidak ada persentase tunggal yang berlaku untuk semua jenis perusahaan. Peraturan ini diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang Perseroan Terbatas dan peraturan terkait lainnya. Penting untuk memahami jenis badan usaha Anda agar dapat menentukan persentase yang tepat.

  • Perseroan Terbatas (PT): Untuk PT, persentase modal dasar yang harus disetor umumnya diatur dalam anggaran dasar perusahaan. Meskipun demikian, UU PT menetapkan ketentuan minimal modal dasar yang harus dipenuhi. Namun, persentase dari modal dasar yang harus segera disetor setelah pendirian dapat bervariasi, seringkali ditentukan dalam anggaran dasar dan disesuaikan dengan kebutuhan operasional perusahaan.
  • Firma (Fa): Pada firma, persentase modal dasar yang harus disetor juga bergantung pada kesepakatan para sekutu. Tidak ada aturan baku dari pemerintah mengenai hal ini, sehingga fleksibilitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan PT.
  • Persekutuan Komanditer (CV): Sama seperti firma, persentase modal dasar yang harus disetor dalam CV ditentukan berdasarkan kesepakatan para sekutu. Namun, perlu diingat bahwa tanggung jawab sekutu komanditer dan sekutu komplementer berbeda, sehingga hal ini juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan persentase modal yang disetor.

Konsekuensi Tidak Memenuhi Persentase Modal Dasar yang Diwajibkan

Tidak memenuhi persentase modal dasar yang diwajibkan dapat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik administratif maupun hukum. Konsekuensi tersebut dapat berupa sanksi administratif seperti teguran, denda, hingga pencabutan izin usaha. Dalam kasus yang lebih serius, perusahaan bahkan dapat menghadapi tuntutan hukum dari pihak-pihak terkait.

  • Sanksi Administratif: Pemerintah dapat memberikan sanksi berupa teguran tertulis, denda, hingga pencabutan izin usaha jika perusahaan tidak memenuhi persyaratan modal dasar yang telah ditetapkan.
  • Tuntutan Hukum: Dalam beberapa kasus, kegagalan memenuhi kewajiban modal dasar dapat berujung pada tuntutan hukum dari kreditor atau pihak lain yang dirugikan.

Konsultasi dengan Ahli Hukum dan Akuntan

Untuk memastikan kepatuhan hukum dan menghindari masalah di kemudian hari, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli hukum dan akuntan. Mereka dapat memberikan panduan yang akurat dan sesuai dengan kondisi spesifik perusahaan Anda. Konsultasi ini akan membantu Anda menentukan persentase modal dasar yang tepat dan memastikan proses pendirian dan operasional perusahaan berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Regulasi dan Ketentuan Hukum Mengenai Modal Dasar: Berapa Persentase Modal Dasar Yang Harus Disetor?

Menentukan persentase modal dasar yang harus disetor merupakan langkah krusial dalam mendirikan badan usaha. Besaran modal dasar ini tidak hanya berpengaruh pada operasional bisnis, tetapi juga memiliki implikasi hukum yang signifikan. Regulasi yang mengatur hal ini berbeda-beda tergantung jenis badan usaha yang dipilih, sehingga pemahaman yang tepat sangat penting untuk menghindari masalah hukum di kemudian hari.

Ketentuan hukum mengenai persentase modal dasar yang harus disetor tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Peraturan tersebut menetapkan persyaratan minimum modal dasar dan persentase yang harus disetor pada saat pendirian serta mekanisme pengawasan kepatuhannya. Ketidakpatuhan terhadap regulasi ini dapat berakibat sanksi administratif hingga pidana.

Persentase Modal Dasar Minimum Berdasarkan Jenis Badan Usaha

Berikut tabel yang merangkum persentase modal dasar minimum yang dipersyaratkan berdasarkan jenis badan usaha di Indonesia. Perlu diingat bahwa informasi ini bersifat umum dan dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga penting untuk selalu merujuk pada peraturan perundang-undangan terbaru.

Persentase modal dasar yang harus disetor memang bervariasi tergantung jenis badan usaha. Setelah modal dasar terpenuhi, pengelolaan keuangan perusahaan menjadi krusial, termasuk pembayaran tagihan. Untuk itu, pahami dulu bagaimana cara melakukan pembayaran tagihan melalui rekening perusahaan? agar prosesnya lancar dan tercatat dengan baik. Dengan demikian, Anda dapat fokus kembali pada perencanaan dan pemanfaatan modal dasar yang telah disetor sesuai regulasi yang berlaku.

Kejelasan alur pembayaran tagihan sangat penting untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan.

Jenis Badan Usaha Persentase Modal Dasar Minimum yang Harus Disetor Referensi Peraturan Perundang-undangan Keterangan
Perseroan Terbatas (PT) Bergantung pada jenis PT dan ketentuan khusus, umumnya minimal 25% dari modal dasar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Ketentuan lebih detail terdapat dalam anggaran dasar PT.
Persekutuan Komanditer (CV) Tidak ada ketentuan minimal persentase modal dasar yang harus disetor, namun modal dasar harus ditentukan dalam akta pendirian. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pengaturan lebih rinci terdapat dalam akta pendirian CV.
Firma (Fa) Tidak ada ketentuan minimal persentase modal dasar yang harus disetor, namun modal dasar harus ditentukan dalam akta pendirian. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pengaturan lebih rinci terdapat dalam akta pendirian Fa.

Contoh Kasus Penerapan Regulasi

Misalnya, sebuah PT yang memiliki modal dasar Rp 1.000.000.000, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasarnya, diharuskan menyetor minimal 25% dari modal dasar tersebut, yaitu Rp 250.000.000 pada saat pendirian. Jika PT tersebut hanya menyetor Rp 100.000.000, maka mereka telah melanggar ketentuan yang berlaku.

Persentase modal dasar yang harus disetor untuk mendirikan perusahaan memang bervariasi tergantung jenis badan usaha dan ketentuan perundangan. Namun, pemilihan alamat kantor juga penting; misalnya, apakah Anda mempertimbangkan virtual office? Pertanyaan ini penting karena terkait dengan legalitas operasional, dan Anda bisa mencari tahu lebih lanjut mengenai hal ini di Apakah virtual office bisa digunakan untuk bisnis hukum?

. Setelah menentukan lokasi usaha, kembali ke pertanyaan awal, persentase modal dasar yang disetor akan memengaruhi aspek legalitas dan operasional bisnis Anda ke depannya.

Perbedaan Persentase Modal Dasar Antar Jenis Badan Usaha

Perbedaan persentase modal dasar yang harus disetor antar berbagai jenis badan usaha terutama disebabkan oleh perbedaan struktur dan tanggung jawab hukum masing-masing jenis badan usaha. PT, sebagai badan hukum yang terpisah dari pemiliknya, memiliki persyaratan yang lebih ketat dibandingkan dengan CV atau Fa yang tanggung jawabnya lebih langsung terkait dengan pemiliknya. Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi kepentingan para pemegang saham dan kreditor.

Konsekuensi Hukum Ketidakpatuhan

Jika persentase modal dasar yang disetor tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, beberapa konsekuensi hukum dapat terjadi, antara lain: teguran dari instansi terkait, denda administratif, bahkan pencabutan izin usaha. Dalam kasus yang lebih serius, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persentase Modal Dasar

Menentukan persentase modal dasar yang akan disetor bukanlah keputusan yang sederhana. Banyak faktor, baik internal maupun eksternal, yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan kelangsungan dan keberhasilan bisnis. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor-faktor ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan yang tepat.

Faktor Internal yang Mempengaruhi Persentase Modal Dasar

Faktor internal merupakan elemen-elemen yang berasal dari dalam perusahaan sendiri dan secara langsung mempengaruhi kebutuhan modal. Faktor-faktor ini perlu dianalisis secara cermat untuk menentukan jumlah modal yang optimal.

  • Skala Usaha: Bisnis berskala besar umumnya membutuhkan modal dasar yang lebih besar dibandingkan bisnis berskala kecil. Semakin besar skala usaha, semakin besar pula kebutuhan investasi untuk infrastruktur, peralatan, dan operasional.
  • Rencana Pengembangan Bisnis: Rencana ekspansi, inovasi produk, atau akuisisi perusahaan lain membutuhkan suntikan modal yang signifikan. Persentase modal dasar yang disetor perlu mempertimbangkan rencana pengembangan bisnis jangka pendek maupun jangka panjang.
  • Struktur Kepemilikan: Bentuk kepemilikan perusahaan (misalnya, perseorangan, persekutuan, atau perseroan terbatas) mempengaruhi persyaratan modal dasar. Perseroan terbatas, misalnya, umumnya memiliki persyaratan modal dasar yang lebih tinggi dibandingkan usaha perseorangan.

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Persentase Modal Dasar

Faktor eksternal merupakan kondisi di luar kendali perusahaan yang tetap berpengaruh terhadap kebutuhan modal. Memahami dan mengantisipasi faktor-faktor ini penting untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan.

  • Kondisi Ekonomi Makro: Kondisi ekonomi makro seperti inflasi, resesi, atau pertumbuhan ekonomi secara signifikan mempengaruhi kebutuhan modal. Selama resesi, misalnya, perusahaan mungkin perlu meningkatkan persentase modal dasar yang disetor sebagai bantalan menghadapi penurunan pendapatan.
  • Regulasi Pemerintah: Peraturan pemerintah terkait perizinan, pajak, dan standar operasional dapat mempengaruhi biaya operasional dan kebutuhan modal. Perubahan regulasi dapat menyebabkan penyesuaian persentase modal dasar yang disetor.
  • Persaingan Bisnis: Tingkat persaingan di industri juga berpengaruh. Untuk bersaing, perusahaan mungkin perlu menginvestasikan lebih banyak modal dalam riset dan pengembangan, pemasaran, atau teknologi, yang berdampak pada persentase modal dasar yang disetor.

Ilustrasi Pengaruh Kondisi Ekonomi Makro

Sebagai contoh, selama resesi tahun 2008, banyak perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan drastis. Untuk menjaga likuiditas dan kelangsungan usaha, beberapa perusahaan memutuskan untuk meningkatkan persentase modal dasar yang disetor sebagai cadangan menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini dilakukan untuk memastikan perusahaan dapat tetap beroperasi dan memenuhi kewajiban keuangannya meskipun pendapatan menurun.

Pengaruh Skala Usaha terhadap Persentase Modal Dasar

Sebuah startup kecil yang menjual produk kerajinan tangan secara online mungkin hanya membutuhkan modal dasar yang relatif kecil, misalnya 20% dari total modal yang dibutuhkan. Sebaliknya, sebuah perusahaan manufaktur besar yang membutuhkan pabrik, mesin, dan tenaga kerja yang banyak akan memerlukan persentase modal dasar yang jauh lebih besar, mungkin mencapai 50% atau lebih, untuk memulai operasionalnya.

Besaran persentase modal dasar yang harus disetor sebenarnya bergantung pada jenis badan usaha yang Anda pilih. Namun, sebelum memutuskan, ada hal penting yang perlu dipertimbangkan, terutama jika bisnis Anda bergerak di sektor keuangan: apakah lokasi usaha Anda sesuai regulasi? Pertanyaan ini berkaitan erat dengan pemilihan alamat kantor, dan untuk menjawabnya, Anda bisa cek informasi lebih lanjut di sini: Apakah virtual office bisa digunakan untuk bisnis keuangan?

. Setelah memastikan hal tersebut, Anda dapat kembali menghitung persentase modal dasar yang harus disetor sesuai ketentuan yang berlaku untuk jenis badan usaha Anda. Perencanaan yang matang akan memudahkan proses pendirian usaha.

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Persentase Modal Dasar

Perusahaan dengan struktur kepemilikan perseorangan mungkin memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menentukan persentase modal dasar yang disetor. Namun, perseroan terbatas (PT) biasanya memiliki persyaratan modal dasar minimum yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan perusahaan, yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin operasional. Misalnya, sebuah PT yang bergerak di bidang teknologi mungkin diharuskan memiliki modal dasar yang lebih besar dibandingkan PT yang bergerak di bidang perdagangan kecil, mencerminkan skala dan risiko bisnis yang berbeda.

Perencanaan dan Pengelolaan Modal Dasar

Berapa persentase modal dasar yang harus disetor?

Menentukan persentase modal dasar yang tepat dan mengelola dengan bijak merupakan kunci keberhasilan sebuah usaha. Perencanaan yang matang dan strategi pengelolaan yang efektif akan memastikan bisnis berjalan lancar dan berkesinambungan, mengurangi risiko finansial, dan mendukung pertumbuhan jangka panjang. Berikut ini beberapa langkah penting dalam perencanaan dan pengelolaan modal dasar.

Langkah-langkah Perencanaan Modal Dasar yang Efektif

Perencanaan modal dasar membutuhkan analisis yang cermat terhadap kebutuhan bisnis. Tahapan perencanaan yang efektif meliputi pemahaman struktur bisnis, proyeksi keuangan, dan analisis risiko.

  1. Analisis Kebutuhan Bisnis: Tentukan kebutuhan modal untuk operasional, investasi, dan cadangan dana darurat. Pertimbangkan biaya awal, biaya operasional bulanan, serta potensi perluasan usaha.
  2. Proyeksi Keuangan: Buatlah proyeksi keuangan yang realistis, mencakup pendapatan, pengeluaran, dan arus kas selama beberapa tahun ke depan. Proyeksi ini akan membantu menentukan jumlah modal dasar yang dibutuhkan.
  3. Analisis Risiko: Identifikasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi bisnis, seperti fluktuasi pasar, persaingan, dan perubahan regulasi. Sisihkan sebagian modal sebagai cadangan untuk menghadapi risiko tersebut.
  4. Menentukan Persentase Modal Dasar: Setelah melakukan analisis di atas, tentukan persentase modal dasar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial. Persentase ini akan bervariasi tergantung pada jenis usaha dan skala bisnis.

Strategi Pengelolaan Modal Dasar yang Baik, Berapa persentase modal dasar yang harus disetor?

Pengelolaan modal dasar yang baik memerlukan disiplin dan perencanaan yang ketat. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  • Transparansi dan Akuntabilitas: Catat semua transaksi keuangan dengan detail dan akurat. Lakukan audit internal secara berkala untuk memastikan pengelolaan modal berjalan sesuai rencana.
  • Diversifikasi Investasi: Jangan menaruh semua modal dalam satu jenis investasi. Diversifikasi investasi dapat mengurangi risiko kerugian.
  • Pengendalian Biaya: Lakukan pengendalian biaya operasional secara ketat. Cari cara untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan.
  • Perencanaan Arus Kas: Pantau arus kas secara rutin. Pastikan selalu ada cukup dana untuk memenuhi kewajiban keuangan.

Tips Praktis Pengelolaan Modal Dasar

Bersikaplah konservatif dalam penggunaan modal. Prioritaskan investasi yang memberikan return yang stabil dan terukur. Selalu sisihkan sebagian keuntungan untuk cadangan dana darurat. Lakukan evaluasi berkala terhadap kinerja keuangan dan sesuaikan strategi pengelolaan modal sesuai kebutuhan.

Potensi Risiko Pengelolaan Modal Dasar yang Buruk

Pengelolaan modal dasar yang buruk dapat menimbulkan berbagai risiko, antara lain:

  • Ketidakmampuan Memenuhi Kewajiban Keuangan: Kekurangan modal dapat menyebabkan kesulitan dalam membayar utang, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya.
  • Kegagalan Bisnis: Jika modal dasar tidak dikelola dengan baik, bisnis dapat mengalami kerugian besar dan bahkan sampai gulung tikar.
  • Kehilangan Peluang Investasi: Kekurangan modal dapat menyebabkan bisnis kehilangan peluang investasi yang menguntungkan.
  • Kerugian Investasi: Investasi yang tidak terencana dengan baik dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.

Langkah-Langkah Mitigasi Risiko Pengelolaan Modal Dasar

Untuk meminimalisir risiko, beberapa langkah mitigasi dapat dilakukan, antara lain:

  1. Perencanaan Keuangan yang Matang: Buatlah rencana keuangan yang komprehensif dan realistis, mencakup proyeksi pendapatan, pengeluaran, dan arus kas.
  2. Diversifikasi Sumber Pendanaan: Jangan hanya bergantung pada satu sumber pendanaan. Cari alternatif pendanaan lain, seperti pinjaman bank atau investor.
  3. Pengelolaan Risiko yang Efektif: Identifikasi dan evaluasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi bisnis. Buatlah rencana kontijensi untuk menghadapi risiko tersebut.
  4. Monitoring dan Evaluasi Berkala: Lakukan monitoring dan evaluasi kinerja keuangan secara berkala. Sesuaikan strategi pengelolaan modal sesuai dengan hasil evaluasi.

Pertanyaan Umum Seputar Modal Dasar

Berapa persentase modal dasar yang harus disetor?

Menentukan persentase modal dasar yang harus disetor merupakan langkah krusial dalam pendirian perusahaan. Kejelasan mengenai hal ini akan membantu menghindari masalah hukum dan operasional di masa mendatang. Berikut beberapa pertanyaan umum yang sering muncul seputar modal dasar dan jawabannya.

Perbedaan Modal Dasar dan Modal Disetor

Modal dasar dan modal disetor seringkali membingungkan. Modal dasar merupakan jumlah modal yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, merupakan komitmen total pemegang saham. Sementara itu, modal disetor adalah bagian dari modal dasar yang telah benar-benar disetorkan oleh pemegang saham ke rekening perusahaan. Dengan kata lain, modal disetor merupakan realisasi dari modal dasar. Sebagai contoh, jika modal dasar sebuah perusahaan adalah Rp 1.000.000.000, namun baru Rp 500.000.000 yang disetorkan, maka modal disetornya adalah Rp 500.000.000.

Persentase Modal Dasar yang Harus Disetor

Tidak ada persentase wajib secara nasional yang mengatur berapa persen modal dasar yang harus disetor pada saat pendirian perusahaan. Persyaratan ini biasanya diatur dalam Anggaran Dasar perusahaan dan dapat bervariasi tergantung jenis usaha dan bentuk badan hukum. Beberapa perusahaan mungkin mensyaratkan penyetoran 100% modal dasar, sementara yang lain mungkin hanya mensyaratkan penyetoran sebagian, misalnya 25% atau 50%. Hal ini perlu dikonsultasikan dengan notaris dan pihak terkait dalam proses pendirian perusahaan.

Penambahan Modal Dasar Setelah Perusahaan Didirikan

Penambahan modal dasar setelah perusahaan didirikan dimungkinkan. Prosesnya umumnya melibatkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menyetujui penambahan tersebut, kemudian pembuatan akta tambahan yang mengesahkan perubahan modal dasar, dan pendaftarannya di instansi terkait seperti Kementerian Hukum dan HAM. Setelah persetujuan dan pendaftaran resmi, baru kemudian penyetoran modal tambahan tersebut dapat dilakukan.

Dampak Penyetoran Modal Dasar yang Tidak Sesuai Anggaran Dasar

Penyetoran modal dasar yang tidak sesuai dengan yang tertera dalam anggaran dasar dapat menimbulkan konsekuensi hukum. Hal ini bisa menyebabkan perusahaan dianggap belum memenuhi persyaratan legalitasnya dan berpotensi menghadapi sanksi administratif atau bahkan pencabutan izin usaha. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan anggaran dasar terkait modal.

Pertimbangan dalam Menentukan Persentase Modal Dasar yang Disetor

Besarnya persentase modal dasar yang disetor perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kebutuhan modal kerja, rencana pengembangan usaha, dan kemampuan finansial pemegang saham. Menentukan persentase yang terlalu rendah dapat menghambat operasional perusahaan, sementara persentase yang terlalu tinggi dapat mengikat likuiditas perusahaan. Perencanaan yang matang dan konsultasi dengan ahli keuangan sangat disarankan.

Pengaruh Bentuk Badan Hukum terhadap Persentase Modal Dasar

Bentuk badan hukum perusahaan juga dapat mempengaruhi persentase modal dasar yang harus disetor. Persyaratan modal dasar dan persentase penyetoran bisa berbeda antara PT, CV, atau bentuk badan hukum lainnya. Regulasi dan ketentuan masing-masing bentuk badan hukum perlu dipelajari secara detail sebelum menentukan persentase modal dasar yang akan disetor.

Contact

Sumatera 69
Bandung, 40115

+6287735387748
Contact Us

Connect

 

 

 

 

 

Layanan

Pendirian PT

Legalitas Perusahaan

Virtual Office