Apa itu PPN? Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

 

 

//

GUNGUN

 

Memahami PPN: Pentingnya Pajak Pertambahan Nilai dalam Kehidupan Sehari-hari

Apa itu PPN? – Dalam era ekonomi modern, memahami pajak bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan kunci untuk berpartisipasi aktif dan bijak dalam pembangunan negara. Salah satu pajak yang paling sering kita temui dalam transaksi sehari-hari adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Memahami mekanisme PPN akan membantu Anda menjadi konsumen yang lebih cerdas dan menjalankan bisnis dengan lebih terencana.

Singkatnya, PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan pada setiap tahapan proses produksi dan distribusi barang atau jasa. Nah, untuk bisa melaporkan PPN dan berbagai kewajiban perpajakan lainnya, Anda tentu memerlukan NPWP. Pertanyaannya, bagaimana cara mendapatkan NPWP? Anda bisa mengecek informasi lengkapnya di sini: Apakah NPWP bisa diurus secara online?.

Setelah memiliki NPWP, Anda dapat mulai memahami lebih dalam tentang perhitungan dan pelaporan PPN yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

PPN di Indonesia pertama kali diterapkan pada tahun 1984 sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara dan mendanai pembangunan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sistem perpajakan yang lebih adil dan efisien, di mana beban pajak didistribusikan secara proporsional kepada seluruh lapisan masyarakat berdasarkan daya beli mereka. Artikel ini akan membahas secara ringkas tentang definisi PPN, jenis-jenis PPN yang berlaku di Indonesia, serta beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahapan proses produksi dan distribusi barang atau jasa. Dengan kata lain, PPN merupakan pajak yang ditambahkan pada harga jual barang atau jasa, dan akhirnya ditanggung oleh konsumen akhir.

Jenis-Jenis PPN di Indonesia

Sistem PPN di Indonesia memiliki beberapa jenis yang perlu dipahami. Perbedaannya terutama terletak pada besaran tarif dan jenis barang atau jasa yang dikenakan pajak.

  • PPN dengan Tarif 11%: Merupakan tarif standar yang berlaku untuk sebagian besar barang dan jasa. Contohnya adalah pembelian barang elektronik, pakaian, makanan dan minuman di restoran, dan jasa transportasi.
  • PPN dengan Tarif 10%: Tarif ini diterapkan untuk jenis barang dan jasa tertentu yang telah ditentukan pemerintah, misalnya untuk sektor pariwisata dan beberapa jenis makanan.
  • PPN Nol Persen (0%): Barang atau jasa tertentu dikenakan PPN 0%, namun tetap harus dilaporkan dalam faktur pajak. Ini biasanya untuk ekspor barang atau jasa, dan beberapa jenis barang kebutuhan pokok tertentu.
  • PPN Dibebaskan: Barang atau jasa tertentu dibebaskan dari PPN, artinya tidak dikenakan pajak sama sekali. Contohnya beberapa jenis barang kebutuhan pokok tertentu, layanan kesehatan tertentu, dan pendidikan.

Perlu diingat bahwa klasifikasi barang dan jasa yang termasuk dalam masing-masing jenis PPN ini dapat berubah sesuai dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, selalu penting untuk merujuk pada peraturan perpajakan terkini yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Mekanisme Perhitungan PPN

Apa itu PPN?

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan proses yang relatif sederhana, namun memahami mekanismenya penting untuk memastikan kewajiban pajak dipenuhi dengan benar. Proses ini melibatkan pengenaan pajak atas nilai barang atau jasa yang diperjualbelikan, dengan tarif yang telah ditentukan pemerintah. Berikut penjelasan detail mengenai mekanisme perhitungan PPN.

Cara Menghitung PPN

Perhitungan PPN didasarkan pada harga jual barang atau jasa dan tarif PPN yang berlaku. Rumus dasarnya adalah: PPN = Harga Jual x Tarif PPN. Tarif PPN di Indonesia umumnya sebesar 11%, namun dapat berbeda tergantung jenis barang atau jasa. Setelah menghitung PPN, angka tersebut ditambahkan ke harga jual untuk mendapatkan total harga yang harus dibayar konsumen.

Contoh: Sebuah toko menjual baju dengan harga jual Rp 100.000. Dengan tarif PPN 11%, maka perhitungan PPN adalah: Rp 100.000 x 11% = Rp 11.000. Total harga yang harus dibayar konsumen adalah Rp 100.000 + Rp 11.000 = Rp 111.000.

Singkatnya, PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahapan produksi dan distribusi barang atau jasa. Nah, untuk mengurus kewajiban perpajakan ini, tentu Anda butuh NPWP. Informasi lebih lanjut mengenai cara mengurus NPWP secara online bisa Anda dapatkan di sini: Platform apa yang digunakan untuk mengurus NPWP secara online?. Setelah memiliki NPWP, Anda bisa mulai memahami lebih dalam bagaimana mekanisme PPN bekerja dan bagaimana cara menghitungnya dengan tepat.

Perbandingan Perhitungan PPN untuk Barang dan Jasa

Berikut tabel perbandingan perhitungan PPN untuk barang dan jasa dengan tarif berbeda. Perlu diingat bahwa tarif PPN dapat berubah sesuai kebijakan pemerintah.

Jenis Barang/Jasa Harga Jual (Rp) Tarif PPN (%) PPN (Rp) Total Harga (Rp)
Buku 50.000 0 0 50.000
Makanan 75.000 11 8.250 83.250
Layanan Konsultan 2.000.000 11 220.000 2.220.000
Kendaraan Bermotor 200.000.000 11 22.000.000 222.000.000

Contoh Perhitungan PPN untuk Transaksi Penjualan Barang dan Jasa

Berikut contoh perhitungan PPN untuk penjualan barang dan jasa secara terpisah dan gabungan. Pertama, untuk penjualan barang, misalnya sebuah laptop dengan harga jual Rp 12.000.000 dan tarif PPN 11%, maka PPN yang terutang adalah Rp 1.320.000 (Rp 12.000.000 x 11%). Total harga yang harus dibayar adalah Rp 13.320.000.

Kedua, untuk penjualan jasa, misalnya jasa desain grafis dengan harga jual Rp 5.000.000 dan tarif PPN 11%, maka PPN yang terutang adalah Rp 550.000 (Rp 5.000.000 x 11%). Total harga yang harus dibayar adalah Rp 5.550.000.

Ketiga, gabungan barang dan jasa, misalnya paket penjualan laptop dan jasa instalasi dengan harga jual total Rp 13.000.000 dan tarif PPN 11%, maka PPN yang terutang adalah Rp 1.430.000 (Rp 13.000.000 x 11%). Total harga yang harus dibayar adalah Rp 14.430.000.

Pembebanan PPN kepada Konsumen, Apa itu PPN?

PPN dibebankan kepada konsumen melalui pencantuman PPN dalam harga jual barang atau jasa. Konsumen membayar total harga yang sudah termasuk PPN. Dalam faktur pajak, rincian harga jual dan PPN akan dicantumkan secara terpisah sehingga konsumen dapat melihat dengan jelas besaran PPN yang mereka bayarkan.

Singkatnya, PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan pada setiap tahapan proses produksi dan distribusi barang atau jasa. Nah, untuk bisa melaporkan dan membayar PPN, kamu tentu butuh NPWP, kan? Untuk mengurus NPWP usaha perorangan, silakan baca panduan lengkapnya di sini: Bagaimana cara mengurus NPWP untuk usaha perorangan?. Setelah memiliki NPWP, kamu bisa mulai memahami lebih lanjut bagaimana perhitungan dan pelaporan PPN berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.

Jadi, urus NPWP-mu segera agar bisnismu tetap compliant secara pajak.

Contoh Perhitungan PPN untuk Faktur Pajak

Faktur pajak akan menampilkan rincian transaksi, termasuk harga jual, PPN, dan total harga. Sebagai contoh, sebuah faktur pajak untuk penjualan barang akan mencantumkan: Harga Jual: Rp 500.000, PPN (11%): Rp 55.000, Total Harga: Rp 555.000. Penjual wajib menerbitkan faktur pajak kepada pembeli sebagai bukti transaksi dan dasar perhitungan PPN yang telah dibayarkan.

Singkatnya, PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap proses produksi barang atau jasa. Nah, untuk melaporkan PPN yang terutang, Anda tentu membutuhkan NPWP. Jika Anda baru saja pindah domisili, pastikan NPWP Anda tetap valid dengan mengikuti panduan di Bagaimana cara mengurus NPWP jika pindah domisili?. Ketepatan data NPWP sangat penting karena berkaitan langsung dengan kewajiban perpajakan Anda, termasuk pelaporan PPN.

Jadi, pastikan data NPWP Anda selalu terbarui agar proses pelaporan PPN berjalan lancar.

Objek Pajak PPN: Apa Itu PPN?

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas transaksi jual beli barang dan jasa tertentu. Memahami objek pajak PPN sangat penting bagi pelaku usaha untuk memastikan kepatuhan perpajakan dan menghindari potensi sengketa dengan otoritas pajak. Objek pajak PPN mencakup berbagai barang dan jasa, namun ada pula yang dikecualikan. Perbedaan antara barang dan jasa kena pajak dan tidak kena pajak juga perlu dipahami dengan baik.

Barang dan Jasa yang Termasuk Objek Pajak PPN

Objek pajak PPN meliputi sebagian besar barang dan jasa yang diperdagangkan di Indonesia. Peraturan mengenai objek pajak PPN tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Berikut beberapa contohnya:

  • Penjualan barang manufaktur: Misalnya, penjualan mobil, sepeda motor, pakaian, elektronik, dan makanan olahan.
  • Penjualan barang impor: Barang-barang yang diimpor ke Indonesia dan diperdagangkan umumnya dikenakan PPN.
  • Jasa konstruksi: Pekerjaan konstruksi bangunan, baik rumah tinggal maupun gedung perkantoran.
  • Jasa konsultansi: Layanan konsultasi manajemen, hukum, pajak, dan lainnya.
  • Jasa transportasi: Layanan angkutan udara, darat, dan laut (tergantung jenis layanan dan ketentuan yang berlaku).
  • Jasa perhotelan: Layanan penginapan di hotel dan akomodasi lainnya.
  • Jasa hiburan: Tiket masuk bioskop, konser musik, dan tempat hiburan lainnya.

Barang dan Jasa yang Dikecualikan dari PPN

Tidak semua barang dan jasa dikenakan PPN. Beberapa jenis barang dan jasa dikecualikan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk memberikan keringanan pajak pada sektor-sektor tertentu atau barang dan jasa yang dianggap penting bagi masyarakat.

  • Bahan pokok: Beras, gula, garam, dan beberapa komoditas pertanian lainnya yang termasuk dalam daftar barang kebutuhan pokok yang ditetapkan pemerintah.
  • Jasa pendidikan: Biaya pendidikan di sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya.
  • Jasa kesehatan: Layanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
  • Jasa keagamaan: Layanan keagamaan di tempat ibadah.
  • Penjualan buku: Penjualan buku pelajaran dan buku bacaan umum.

Daftar Barang dan Jasa Kena Pajak dan Tidak Kena Pajak

Berikut tabel ringkasan yang membandingkan barang dan jasa kena pajak dan tidak kena pajak. Perlu diingat bahwa ketentuan ini dapat berubah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Singkatnya, PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap produksi dan distribusi barang atau jasa. Nah, pemahaman tentang PPN ini penting, terutama bagi perusahaan yang sudah memiliki TDP. Jika ada perubahan data pada TDP Anda, misalnya perubahan alamat kantor, Anda perlu mengurusnya segera dengan mengunjungi Bagaimana cara mengurus perubahan data pada TDP?

agar administrasi perpajakan tetap berjalan lancar. Ketepatan data TDP sangat berpengaruh terhadap perhitungan dan pelaporan PPN yang akurat, sehingga penting untuk selalu memastikan data Anda terupdate.

Kategori Contoh Barang/Jasa Keterangan
Kena Pajak PPN Mobil, Jasa Konsultansi, Tiket Pesawat Sebagian besar barang dan jasa yang diperdagangkan.
Tidak Kena Pajak PPN Beras, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan Barang dan jasa yang dikecualikan berdasarkan peraturan perpajakan.

Perbedaan Barang dan Jasa Kena Pajak dan Tidak Kena Pajak

Perbedaan utama terletak pada kewajiban perpajakannya. Barang dan jasa kena pajak PPN wajib dikenakan PPN oleh penjual dan disetorkan ke negara. Sementara itu, barang dan jasa tidak kena pajak PPN dibebaskan dari kewajiban PPN. Perbedaan ini berdampak pada harga jual barang/jasa dan kewajiban pelaporan pajak bagi pelaku usaha.

Pengaruh PPN terhadap Ekonomi

Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara, baik positif maupun negatif. Dampak ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat penerapan PPN, struktur ekonomi negara, dan kebijakan pemerintah terkait. Analisis yang komprehensif diperlukan untuk memahami pengaruhnya secara menyeluruh.

Dampak Positif Penerapan PPN terhadap Perekonomian Negara

Penerapan PPN memberikan kontribusi penting bagi pendapatan negara, yang kemudian dapat dialokasikan untuk membiayai berbagai program pembangunan dan pelayanan publik. Pendapatan yang stabil dari PPN memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Selain itu, penerapan PPN yang efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan iklim investasi yang lebih baik dan mengurangi praktik ekonomi informal.

Dampak Negatif Penerapan PPN terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Meskipun memberikan manfaat bagi perekonomian secara makro, PPN juga dapat membebani masyarakat, khususnya mereka yang berpenghasilan rendah. Kenaikan harga barang dan jasa akibat PPN dapat mengurangi daya beli masyarakat ini, sehingga mereka harus mengalokasikan porsi yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk kebutuhan pokok. Hal ini dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup dan akses terhadap kebutuhan dasar.

Kontribusi PPN terhadap Pendapatan Negara

PPN merupakan sumber pendapatan negara yang signifikan dan relatif stabil. Besarnya kontribusi PPN terhadap pendapatan negara bervariasi antar negara dan bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat dan struktur ekonomi. Di Indonesia, misalnya, PPN merupakan salah satu penyumbang terbesar penerimaan negara. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan fluktuasi kontribusi PPN setiap tahunnya, dipengaruhi oleh siklus ekonomi dan kebijakan pemerintah.

Perbandingan Penerapan PPN di Indonesia dengan Negara Lain

Sistem PPN di Indonesia dapat dibandingkan dengan negara lain, misalnya Amerika Serikat dan Singapura. Amerika Serikat menerapkan sistem PPN yang tergolong rendah dibandingkan Indonesia, namun memiliki sistem pajak penghasilan yang lebih progresif. Singapura, di sisi lain, memiliki sistem PPN yang lebih sederhana dan efisien, dengan tingkat penerapan yang relatif tinggi, namun juga didukung oleh sistem birokrasi yang efektif dan minim korupsi. Perbedaan ini menunjukkan bahwa penerapan PPN perlu disesuaikan dengan konteks ekonomi dan sosial masing-masing negara.

Kebijakan Pemerintah Terkait PPN dan Dampaknya terhadap Daya Beli Masyarakat

Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan terkait PPN, seperti pengurangan tarif PPN untuk barang-barang tertentu dan pemberian fasilitas pembebasan PPN untuk sektor-sektor prioritas. Kebijakan ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara peningkatan pendapatan negara dengan menjaga daya beli masyarakat. Namun, efektivitas kebijakan tersebut seringkali menjadi perdebatan, mengingat kompleksitas faktor ekonomi dan sosial yang mempengaruhinya. Evaluasi berkala dan penyesuaian kebijakan menjadi penting untuk memastikan agar penerapan PPN tetap adil dan berkelanjutan.

Kewajiban Wajib Pajak PPN

Apa itu PPN?

Setelah memahami apa itu PPN, penting untuk mengerti kewajiban yang melekat bagi wajib pajak. Ketaatan terhadap kewajiban perpajakan ini tidak hanya memastikan berjalannya roda perekonomian negara, tetapi juga menghindari sanksi yang dapat merugikan secara finansial dan hukum.

Kewajiban Membayar PPN

Wajib pajak PPN berkewajiban untuk menghitung, memungut, dan menyetorkan PPN yang terutang kepada negara. Perhitungan PPN didasarkan pada nilai jual barang atau jasa yang dikenakan PPN. Wajib pajak harus memiliki sistem pencatatan yang baik dan akurat untuk memastikan perhitungan PPN yang tepat. Penyetoran PPN dilakukan melalui mekanisme yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Sanksi Bagi Wajib Pajak yang Tidak Membayar PPN

Kegagalan dalam memenuhi kewajiban membayar PPN akan berakibat pada sanksi administratif dan/atau pidana. Sanksi administratif dapat berupa denda, bunga, dan penagihan paksa. Besarnya sanksi bervariasi tergantung pada tingkat pelanggaran dan jumlah PPN yang tidak dibayar. Dalam kasus yang serius, wajib pajak dapat dikenai sanksi pidana berupa kurungan penjara dan denda sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Sebagai contoh, keterlambatan pembayaran PPN akan dikenakan sanksi berupa bunga keterlambatan yang dihitung berdasarkan tingkat suku bunga yang ditetapkan pemerintah.

Prosedur Pelaporan PPN

Pelaporan PPN dilakukan secara berkala melalui Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. Frekuensi pelaporan bervariasi, umumnya bulanan atau triwulanan, tergantung pada tingkat omset penjualan wajib pajak. SPT Masa PPN harus diisi dengan lengkap dan akurat, serta dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung yang diperlukan. Pelaporan dilakukan secara online melalui sistem e-SPT yang disediakan oleh DJP. Keterlambatan pelaporan juga akan dikenakan sanksi berupa denda.

Langkah-Langkah Mendaftar Sebagai Wajib Pajak PPN

Pendaftaran sebagai wajib pajak PPN umumnya dilakukan secara online melalui sistem resmi DJP. Langkah-langkahnya meliputi pengisian formulir pendaftaran, pengumpulan dokumen persyaratan, dan verifikasi data oleh petugas pajak. Dokumen persyaratan yang dibutuhkan biasanya meliputi Nomor Induk Berusaha (NIB), Akte Pendirian Perusahaan, dan dokumen pendukung lainnya yang relevan. Setelah terdaftar, wajib pajak akan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dapat memulai kewajiban pelaporan perpajakannya.

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak PPN

Wajib pajak PPN memiliki hak untuk mendapatkan kepastian hukum, perlindungan hukum, dan pelayanan yang baik dari petugas pajak. Di sisi lain, wajib pajak juga berkewajiban untuk patuh pada peraturan perpajakan, menghitung dan menyetorkan PPN yang terutang, dan melaporkan kewajiban perpajakannya secara benar dan tepat waktu. Keterbukaan dan kejujuran dalam menjalankan kewajiban perpajakan sangat penting untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan mendukung pembangunan ekonomi negara.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Memiliki pemahaman yang baik tentang PPN sangat penting, baik sebagai wajib pajak maupun sebagai konsumen. Sekilas informasi yang salah dapat berdampak pada kewajiban pajak Anda. Oleh karena itu, bagian ini akan menjawab beberapa pertanyaan umum terkait PPN.

Informasi Umum Seputar PPN

Berikut beberapa pertanyaan umum mengenai PPN beserta jawabannya yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel ini dirancang agar mudah dibaca dan dipahami di berbagai perangkat.

Pertanyaan Jawaban
Apakah semua barang dan jasa dikenakan PPN? Tidak. Ada beberapa barang dan jasa yang dikecualikan dari PPN, seperti beberapa jenis kebutuhan pokok dan layanan kesehatan tertentu. Daftar lengkapnya dapat dilihat di peraturan perundang-undangan terkait.
Bagaimana cara mendapatkan pengembalian PPN (untuk barang impor)? Pengembalian PPN atas barang impor umumnya dilakukan melalui mekanisme pengkreditan pajak masukan. Wajib pajak dapat mengkreditkan PPN masukan yang telah dibayarkan saat impor dengan PPN keluaran yang dipungut dari penjualan barang atau jasa. Prosedur lebih detailnya dapat diakses di situs resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Apa perbedaan PPN dan PPh? PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap peredaran barang dan jasa, sementara PPh (Pajak Penghasilan) adalah pajak langsung yang dikenakan atas penghasilan seseorang atau badan usaha. PPN ditanggung oleh konsumen akhir, sedangkan PPh ditanggung oleh wajib pajak yang memperoleh penghasilan.
Bagaimana cara menghitung PPN? Perhitungan PPN umumnya dilakukan dengan mengalikan harga barang atau jasa dengan tarif PPN yang berlaku (saat ini 11%). Misalnya, jika harga barang Rp100.000, maka PPN-nya adalah Rp100.000 x 11% = Rp11.000.
Dimana saya dapat melaporkan masalah terkait PPN? Anda dapat melaporkan masalah terkait PPN melalui berbagai kanal resmi DJP, seperti website resmi, Kring Pajak, atau kantor pelayanan pajak terdekat.

Tips Praktis Memahami dan Menghitung PPN

Pastikan Anda memahami tarif PPN yang berlaku. Perhatikan juga jenis barang atau jasa yang dikenakan PPN dan yang dikecualikan. Simpan bukti pembayaran untuk keperluan pelaporan pajak, jika diperlukan. Jika ragu, konsultasikan dengan konsultan pajak atau petugas pajak. Memahami PPN dengan benar dapat membantu Anda menghindari masalah pajak di kemudian hari.

Informasi Kontak dan Sumber Referensi Resmi

Untuk informasi lebih lanjut dan detail mengenai PPN, Anda dapat mengunjungi situs web resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Di sana tersedia berbagai informasi, peraturan, dan panduan yang komprehensif.

Mendapatkan Informasi Lebih Lanjut

Selain situs web DJP, Anda juga dapat menghubungi Kring Pajak atau mengunjungi kantor pelayanan pajak terdekat untuk mendapatkan informasi dan bantuan langsung dari petugas pajak yang berpengalaman. Mereka siap membantu Anda memahami dan menyelesaikan permasalahan terkait PPN.

Contact

Sumatera 69
Bandung, 40115

+6287735387748
Contact Us

Connect

 

 

 

 

 

Layanan

Pendirian PT

Legalitas Perusahaan

Virtual Office